BANDUNG - Digital Happiness (DH), studio developer
game asal Bandung menceritakan perjalanan mereka dari mulai terbentuknya
hingga berjuang dalam ekosistem konten digital di Indonesia. Digital
Happiness merupakan developer asli Indonesia yang mengembangkan game
bertema horror berjudul
DreadOut.
"Cita-cita kita jadi produsen. Sudah lama kita jadi konsumen terus.
Kita enggak boleh cuma jadi konsumen saja. Kita coba, kita harus jadi
produsen. Memang berat, saingan banyak banget, tapi no problem, kita
coba," kata Rachmad Imron, pendiri Digital Happiness yang ditemui
Okezone beberapa waktu lalu di Bandung.

Ia mengatakan, DH telah berdiri sejak 2011 dan ia bersama timnya
mulai mensahkan DH pada 2013. "Berdirinya 2011 atau 2012, mulai kita
bikin legalnya 2013. Basic-nya saya dulu punya studio animasi, dari dulu
cita-cita bikin game. Ekosistem bikin game waktu itu belum sebagus
sekarang. Waktu itu kita mau nge-lisence engine game mahal banget,"
terang Imron.
Pada 2011, Imron diperkenalkan dengan mesin game Unity dan menurutnya
sangat affordable dengan biaya licence USD1500. "Dan itu mengingatkan
mimpi kita kembali, kita bentuk Digital Happiness, waktu itu memang kita
berempat, dua orang project base, istilahnya tukang pacul, ngerjain
projek, dua orang nge-develop IP kita itu (DreadOut) akhir 2012,"
jelasnya.
"Kita coba develop IP DreadOut itu, development cost dari saving
income project dan dibantu oleh crowdfunding internasional Indigogo.
Kita pertama di Indonesia pada Juni 2013, kita keluarin demo dan kita
ikutan crowdfunding itu," tambahnya.
Imron mengakui bahwa melalui crowdfunding tersebut, DH yang
menargetkan pemasukan dana USD25 ribu selama 40 hari, malah mendapat
lebih menjadi USD29 ribu. "Kita tercapai USD29 ribu, dapat lebih
4000-an. Dari situ, kita leburkan kembali untuk stop macul dan fokus
pada development," ungkapnya.

Lebih lanjut Imron mengungkapkan, setelah mendapatkan pembiayaan
crowdfunding, lalu DH mengembangkan game selama 6-8 bulan. "Akhirnya
rilis episode pertama pada Mei 2014, distribusi via digital Steam.
Alhamdulillah dari situ, cita-cita gimana caranya kita bisa hidup dari
satu game itu. Kita awalnya berempat, bertujuh, berdua belas, sekarang
berduapuluh. Desember (tahun ini) mudah-mudahan episode kedua muncul,"
imbuhnya.
DreadOut saat ini hanya dapat dimainkan di platform PC. Permainan ini
menyuguhkan kesan horor, lingkungan malam hari, gelap, mati lampu dan
bermodalkan ponsel yang digenggam tokoh bernama Linda.
Sekilas mirip permainan Fatal Frame, tetapi cita rasa Indonesia
sangat kental dengan munculnya hantu-hantu khas Indonesia, seperti
kuntilanak atau pocong. Tidak hanya itu, bila Anda mengeksplorasi
lingkungan dalam permainan, akan ditemukan berbagai objek seperti
perabotan rumah yang persis buatan pengrajin Indonesia.
Apabila ada penampakan hantu, gamer harus siap mengarahkan ponsel
yang dipegang Linda untuk memfoto makhluk halus tersebut. Terdapat tanda
di sisi-sisi layar, menunjukkan indera keenam yang dimiliki Linda saat
hantu mulai tampak.
via oke zone